Tari Bantengan Khas Malang



Bantengan   

       Bantengan adalah sebuah seni pertunjukan dalam budaya Jawa yang menggabungkan unsur sendratari, kanuraganmusik, dan mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Pelaku Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila telah masuk tahap “trans” yaitu ketika pemain pemegang kepala Bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan).

Sejarah Bantengan

  Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet,Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur tepatnya di Desa Made yang dulunya merupakan Desa yang berdekatan dengan Gunung Welirang. Konon katanya di kawasan hutan sekitarnya dulu terdapat berbagai macam hewan liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah di kawasan tersebut. Tak heran jika kesenian Bantengan ini berkembang dan menjadi ciri khas kesenian dari Mojokerto karena dulunya kesenian ini berkembang di masyarakat yang hidup di pedesaan atau wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan se Jawa Timur. Jadi kesenian Bantengan ini juga merupakan ciri khas kota-kota di daerah pegunungan di Jawa Timur seperti Malang dan Mojokerto.

Perkembangan kesenian Bantengan

  Perkembangan kesenian Bantengan mayoritas berada di masyarakat pedesaan atau wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan se-Jawa Timur tepatnya Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi dan Raung-Argopuro.

   Permainan kesenian bantengan dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Kostum bantengan biasanya terbuat dari kain hitam dan topeng yang berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng.

   Bantengan ini selalu diiringi oleh sekelompok orang yang memainkan musik khas bantengan dengan alat musik berupa gong, kendang, dan lain-lain. Kesenian ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, satu di bagian depan sebagai kepalanya, dan satu di bagian belakang sebagai ekornya. dan biasanya, lelaki bagian depan akan kesurupan, dan orang yang di belakangnya akan mengikuti setiap gerakannya.

   Tak jarang orang di bagian belakang juga kesurupan. tetapi, sangat jarang terjadi orang yang di bagian belakang kesurupan sedangkan bagian depannya tidak. bantengan dibantu agar kesurupan oleh orang (laki-laki) yang memakai pakaian serba merah yang biasa disebut abangan dan kaos hitam yang biasanya di sebut irengan.

   Bantengan juga selalu diiringi oleh macanan. kostum macanan ini terbuat dari kain yang diberi pewarna (biasanya kuning belang oranye), yang dipakai oleh seorang lelaki. macanan ini biasanya membantu bantengan kesurupan dan menahannya bila kesurupannya sampai terlalu ganas. Namun tak jarang macanan juga kesurupan.

Ornamen yang ada pada Bantengan

 Ornamen yang ada pada Bantengan yaitu:
  • Tanduk (banteng, kerbau, sapi, dll)
  • Kepala banteng yang terbuat dari kayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh, kembang, dll)
  • Mahkota Bantengan, berupa sulur wayangan dari bahan kulit atau kertas
  • Klontong (alat bunyi di leher)
  • Keranjang penjalin, sebagai badan (pada daerah tertentu hanya menggunakan kain hitam sebagai badan penyambung kepala dan kaki belakang)
  • Gongseng kaki
  • Keluhan (tali kendali)

Dalam setiap pertunjukannya (disebut “gebyak”), Bantengan didukung beberapa perangkat, yaitu:

  • Dua orang Pendekar pengendali kepala bantengan (menggunakan tali tampar)
  • Pemain Jidor, gamelan, pengerawit, dan sinden. Minimal 1 (satu) orang pada setiap posisi
  • Sesepuh, orang yang dituakan. Mempunyai kelebihan dalam hal memanggil leluhur Banteng
  • (Dhanyangan) dan mengembalikannya ke tempat asal
  • Pamong dan pendekar pemimpin yang memegang kendali kelompok dengan membawa kendali yaitu Pecut (Cemeti/Cambuk)
  • Minimal ada dua Macanan dan satu Monyetan sebagai peran pengganggu bantengan.

Komentar